Day 3 – Gereja Kristus Yesus

Survey

Tanggal dan Waktu:  Rabu, 6 Desember 2017

Gereja Kristus Yesus Jemaat Greenvile

Jalan Raya Greenville, Komplek Green Ville Blok AZ no.1, RT.11/RW.9, Duri Kepa, Kebon Jeruk, RT.11/RW.9, Duri Kepa, Kb. Jeruk, Kota Jakarta Barat

 

Daftar Hadir Anggota:

  • Aditya Putra Budiman (2001559551) – HADIR
  • Martinus Idris (2001549746) – HADIR
  • William Hartanto (2001549992) – HADIR
  • Ferdynand Cannavaro (2001553106) – HADIR
  • Bung Edy Prabowo (2001549456) – HADIR

Laporan Survey Tempat :

Kami semua sepakat untuk mulai melakukan survey ke sejumlah Gereja yang letaknya tidak terlalu jauh dari Binus. Setelah kegiatan kuliah telah selesai, kami langsung berangkat menuju beberapa lokasi. Lokasi pertama yang kami kunjungi adalah Gereja Maria Bunda Karmel yang letaknya berada di belakang Binus Square.

Sesampainya di sana kami menuju secretariat dari Gereja, dan meminta ijin untuk melakukan kegiatan wawancara. Namun sayang sekali karena menurut pihak gereja mengatakan bahwa mereka sudah tidak bias melayani kegiatan wawancara karena memang sudah banyak mahasiswa Binus yang datang dan melakukan kegiatan yang serupa, selain itu memang juga karena jadwal dari para Romo yang sibuk karena menjelang Natal.

Akhirnya kami melanjutkan perjalanan kami untuk mencari Gereja lainnya yang bersedia untuk kami melakukan kegiatan. Lokasi selanjutnya tidak jauh dari sana, kami menemukan beberapa Gereja, namun lagi-lagi karena memang jadwal yang padat karena mengurus beberapa kegiatan menjelang Natal, kami harus menelusuri lagi tempat yang lainnya.

Dengan keadaan cukup pasrah karena beberapa kali ditolak oleh beberapa Gereja akhirnya kami bertaruh pada pilihan terkahir kami yaitu menuju Gereja Kristus Yesus Greenville. Disana kami bertanya mengenai lokasi ruang secretariat Gereja, sesampainya di ruang secretariat kami meminta ijin dan mengajukan surat ijin untuk melakukan kegiatan. Akhirnya setelah melewati perjalanan yang cukup melelahkan pihak Gereja kali ini memperbolehkan kami untuk melakukan kegiatan, mereka memberikan kontak pihak yang akan menjadi narasumber kami nantinya.

Dengan perasaan yang cukup tenang karena telah mendapat persetujuan dari pihak Gereja. Kemudian kami menghubungi Bapak Pieter yang akan menjadi narasumber kami kali ini. Usai setelah dihubungi, Bapak Pieter bersedia untuk diwawancarai dan kami semua sepakat untuk melakukan kegiatan pada keesokkan harinya, tepat pada pukul 12 siang.

Kegiatan tempat ke 2

Tanggal dan Waktu: Kamis, 7 Desember 2017

Daftar Hadir Anggota:

  • Aditya Putra Budiman (2001559551) – HADIR
  • Martinus Idris (2001549746) – HADIR
  • William Hartanto (2001549992) – HADIR
  • Ferdynand Cannavaro (2001553106) – HADIR
  • Bung Edy Prabowo (2001549456) – HADIR

Laporan Kegiatan Wawancara :

Sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati, kami semua menuju ke lokasi untuk melakukan kegiatan wawancara. Pihak yang akan menjadi narasumber wawancara kami kali ini adalah Bapak Pieter yang merupakan seorang pendeta dari Gereja Kristus Yesus Greenville. Kami semua sepakat untuk sampai ke lokasi tepat sebelum pukul 12 siang.

Saat semua anggota kelompok telah berkumpul di Gereja, disana suasana Gereja cukup dipadati beberapa jemaat yang baru saja usai menjalankan ibadah. Beberapa menit kami menunggu hingga Bapak Pieter sampai ke Gereja untuk kami wawancara. Tidak lama kemudian setelah Bapak Pieter telah sampai ke lokasi, kami awali kegiatan dengan mengenalkan diri masing-masing dan keperluan dari kegiatan kami kali ini.

Wawancara pun kami mulai, kami mengajukan beberapa pertanyaan terkait dengan tema yang kami bawakan yaitu mengenai Sekularisme di Indonesia. Sesi wawancara kali ini dibawakan oleh 2 anggota yang mengajukan beberapa pertanyaan diikuti dengan satu orang notulis yang akan merangkum setiap hasil wawancara, adapun nama-nama anggota yang bertugas pada wawancara kali ini yaitu, Ferdynand Cannavaro dan William Hartanto sebagai pewawancara, dan Aditya Putra Budiman bertugas sebagai notulis, serta anggota yang lainnya bertugas untuk mendokumentasikan seluruh rangkaian kegiatan wawancara.

Beberapa pertanyaan akhirnya kami ajukan, seluruh jawaban yang diberikan oleh Bapak Pieter dikemas dengan sangat baik, dan menurut kami seluruh pendapat yang diberikan beliau sangat menjawab seluruh pertanyaan yang kami ajukan. Setelah sesi wawancara telah usai, kami semua meminta waktu beliau agar bersedia melakukan foto bersama sebagai bukti dari kegiatan kali ini. Akhirnya kami tutup kegiatan kali ini dan berpamitan dengan beliau atas ketersediaan waktunya untuk kami wawancarai.

Berikut ini hasil dari wawancara yang berhasil kami rangkum :

1. Bagaimana pendapat Bapak tentang Sekularisme ?

Jawaban :

Sekularisme adalah suatu paham yang fokusnya ke arah hal-hal yang sifatnya duniawi, dan sifatnya kontradiktif dengan nilai-nilai religious dari suatu agama.

 

2. Jika kita melihat isu-isu yang terjadi beberapa waktu belakangan ini, marak terjadi isu-isu yang mengatasnamakan suatu agama tertentu di Indonesia. Meninjau hal tersebut kita dapat melihat bahwa hal ini dapat dikatakan sebagai satu hambatan besar bagi Negara Indonesia untuk berkembang menjadi Negara yang lebih maju karena disaat Negara lain sedang berlomba-lomba dalam memperkuat berbagai sector kehidupan negaranya, masyarakat Indonesia selalu saja sibuk mempermasalahkan agama milik orang lain. Dari kondisi ini bagaimana tanggapan Bapak apakah ada baiknya jika Negara Indonesia mencoba untuk menggeser paham negaranya ke arah ideology sekularisme?

Jawaban :

Tiap Negara itu memiliki keragamannya masing-masing, ada Negara yang dapat dikatakan sangat religious karena selalu mengedepankan kehidupan beragama masyarakatnya, adapula Negara yang tidak peduli dengan kehidupan agama di negaranya atau dapat dikatakan sebagai Negara yang sekuler. Indonesia memang bukanlah Negara yang sekuler, dan Negara ini terdiri beranekaragam suku dan agama, disana terjadi perrtemuan antar berbagai macam ideology baik dalam hal suku, budaya, maupun agama sekalipun. Pergesekan perbedaan ini bukanlah hal yang dapat kita hindari, namun ada sebagian pihak yang memang selalu saja tidak setuju dengan perbedaan paham-paham yang tidak sejalan dengan paham mereka. Mengedepankan arogansi pribadi maupun kelompok adalah hal yang memang selalu ada dan terus menjadi masalah di negeri ini. Tidak jarang juga arogansi ini dicampuradukan dengan permasalahan politik akibatnya masalah yang kecil sekalipun berubah menjadi masalah yang lebih besar. Jika ditanya apakah lebih baik Negara Indonesia menerapkan paham sekularisme, menurut saya pertanyaan ini sulit untuk dijawab karena jika kita melihat pada satu sisi Negara yang tidak menjunjung nilai-nilai agama tentunya akan berimbas pada kehidupan moral masyarakatnya, yang akibatnya nilai-nilai norma pun mulai ditinggalkan. Dan di sisi lain, Negara yang terlalu kental keagamaanya juga tidak baik, segala tindakan dan keputusan juga semakin dibatasi dengan nilai-nilai agama yang ada, atau bias saja seperti yang terjadi di Negara Indonesia, agama dijadikan sebagao tameng untuk melindungi masalah-masalah politik.

 

3. Menurut Bapak adakah korelasi Antara sekularisme dengan perbaikan moral suatu bangsa ?

Jawaban :

Tentu ada kaitannya, kita dapat melihat contoh mudahnya seperti di Negara-negara Eropa. Banyak Negara-negara Eropa yang memberikan kebebasan beragama secara penuh pada warga negaranya. Akibatnya banyak warga Negara di luar sana yang memilih untuk tidak menganut suatu agama apapun, karena anggapannya agama itu sudah tidak lagi menjadi kebutuhan penting dan tidak ada dampak yang signifikan di dalam perjalanan kehidupan mereka. Hilangnya agama dari unsur kehidupan manusia tentu nilai-nilai moral suatu agama akan mulai ditinggalkan. Hidup yang tadinya merasa dikekang oleh sejumlah aturan-aturan agama kemudian setelah terbebas dari hal-hal tersebut tentunya kehidupan ini seakan tidak ada lagi kompas yang mengarahkan ke jalan yang benar.

 

4. Permasalahan yang sering timbul seperti konflik-konflik agama yang kerap terjadi di Indonesia, menurut Bapak sendiri sebenarnya dimana letak kesalahan sehingga sering terjadi konflik-konflik tersebut apakah karena adanya ideology agama yang keliru di dalamnya atau adanya kesalahan dalam pemahaman masyarakat yang kurang utuh pada suatu agama?

Jawaban :

Jika melihat hal ini, sebenarnya setiap agama itu pasti mengajarkan kebaikan, menebarkan kedamaian dengan sesame, dan segala hal-hal lainnya yang kaitannya dengan kebaikan. Banyak pandangan-pandangan orang-orang tertentu yang terkesan terlalu menagung-agungkan agama yang mereka anut, akibatnya hal ini berujung pada sifat agama yang radikal. Orang-orang ini tidak menerima adanya kebenaran di agama lain, mereka memandang rendah agama lain di mata mereka. Yang banyak terjadi di Indonesia adalah hal-hal seperti ini, banyak orang-orang yang terlalu fanatic dengan identitas agama mereka. Jadi kalau kita generalisasikan di sini, sebenarnya tidak ada letak kesalahan apapun dari suatu agama, yang ada adalah kesalahan dari orang-orang tersebut yang tidak mempunyai pemahaman agama yang utuh. Jadi sekali lagi yang terjadi bukanlah kesalahan pada konten suatu agama, namun orang-orang inilah yang selalu memiliki pandangan yang keliru dalam memandang agama lain.

  • Foto bersama tokoh agama :

 

Link Video Day 3: https://youtu.be/rytdViyKamY

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *